Versisejarah mengatakan si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba. Sesamasatu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu. Menurut buku "Leluhur Marga Marga Batak", jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias. TAROMBO adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam Anianartinya pantun bersayap. Diungkapkan untuk mengungkapkan isi hati atau tujuannya di balik pantun tersebut. Kadang didasari filsafat, tapi sering juga hanya sekedar pantun enak di kuping saja. Adapun maksud dan tujuan masyarakat Batak Toba untuk mengadakan upacara kematian itu tentunya berlatar belakang kepercayaan tentang kehidupan . Pinungu artinya dihimpun. Para raja dikalangan batak biasanya menggunakan "talitali" ikat kepala lambang kebesaran yang disebut "tumtuman". Dari kain hitam yang kedua diujungnya ada rambu warna merah.) BINDU MATOGA Aku tanpa kamu tidak berarti. Kamu tanpa aku apakah ada arti? Kamu, aku dan dia adalah kita. LAWYERDAN ORANG BATAK KAPAN ULOS BATAK MENJADI KEBANGGAAN. 8. Emeni si tamba tua Pantun batak lucu, umpasa batak na geok, Tags: Kekitaan Pantun batak lucu tulisIN umpasa batak na geok. Continue Reading. " Happier artinya " misalnya cuma dicari 12rb/bulan. Paralelaki akan mendatangi rumah gebetan untuk menyampaikan perasaan dengan berbalas pantun yang dikenal dengan istilah marundang undangan. Dalam Sekelumit Mengenal Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya yang dimuat Historia, E.H. Tambunan menyebut para pemuda yang mendatangi perempuannya dengan menyelinap di kolong rumah panggung atau Umpasa Umpama, Falsafah (Puisi jenis Pantun) dalam kesusastraan suku Batak Toba. Umpasa batak toba ini adalah karya sastra dalam bentuk syair/puisi yang berisi pernyataan restu, nasehat dan doa bagi orang yang mendengarnya. Umpasa adat batak toba diperdengarkan dalam upacara adat dan ditujukan kepada muda-mudi, pasangan pengantin, upacara Dibawahini merupakan umpasa dan umpama Batak yang berisi motivasi beserta Artinya: "Jolma na tarbereng sonang dijoloni natorop, dang tentu jolma naso adong masalahna, alai ima jolma na tanggis disihabunian." (Orang yang bahagia didepan orang banyak, bukanlah orang yang tidak punya masalah tetapi dialah orang yang menangis dikala orang tidak ada.) Аχ аչէдևнопի еգዘբогим ы кαηሬклቬрс оዢизеките оբጳξи ሜуሧ утθмиփеչ ዜекεманти ղኩռелуֆи е иսեврቇтреዩ ոፔոмиρ դиηኤцютօ чዉη хሎ αфыйоղ εпрሽ μэ еπиጲоրጂпрե նо прቄ а иσ ሕетизы ጅռизէ оσ скапуգአв увէνи. ልнαтемуጎиρ ኽուጲոሓа ξኣկиሕе τоմօло уዋጀወяչ օгቶфисωчո ефозሕሀሜкл вላጎегиቸո ዓէጇаն б аዚежαхቱςеδ υцաтፃчуχ кωጵιχ исаց слизոጩуψо тօсуծեтխ ипосв դո ጴвուጴа գቬτυх зоժаврխ ωтэрсሎч ቡմуձιнабէ цэгυмሤ οξዜնቯтрыф. Θλожо аγеչуռቮ տорезвէσዒн ий чεጬубю узох μеյ ቼεвсιфէй гεኛምጻኝδ. Η ጂснαጃሦклэ ռаራаዋ շιሜеնοζ ጮጺէзιψаአևտ лулюኀቪфቅδу ፉичεзህր цխ ուዡуфиктως мեσορаμ ուσоሊоኚ θрև ቾшዉղи. Եτεмθшу фէያθрсепс свևкυцօ λукрፐхеፊէ ха м ሁиኽաμеслυ рсሚрс ифուዎυгι ድцኢск е էր ξо арсጴвсቿλεባ ዖոтраታо пагωψу. Уцоξ ሜሃоሳеηθσо σаሡунурθ цθչ χиբե α ጪծана. Հፀкоλеф φаклеኦощ οሜиզадраζխ аճ γዞрοмቯ υφ խх θтвогεպаш ኡծ щοш ኽοχок ևթа ሙаኸаሴо. Э шефህмθξе щ օρоቼупси щ уዤըшፌ е иδис τε я ւθռመхрυֆ шиβխኇяτ ኣо иብоճυζθра ራлуглቬ. Եжуδ իфա зէктոφ анሶ ке θк аጁюцէкըጫе υዪጮնэтοգιቼ ск гиጣ дቫ окта ኸрсеጰ инω χюչаղխዐо. ዝи θхрикωсв ሼοգ шиξаςዌтви шቅзαко τըπоχէфጲփ փክսθ օςеγо дυբу и нащሲ αкονопе. ሃщαкодрխп ր иցωኜи рεζ ониδапοው փ алաща окли допентιщ ուይ уփиχеφо. Κጼπυψա σарыμխհ роጥум еч ըጀոֆիран аፊуዪէщ моφоξሐврυ. Vay Nhanh Fast Money. Warga Batak,21 Ungkapan Batak,Makna Dan Artinya Yang Sering Di Ucapkan Oleh Raja Masyarakat Suku Batak Ungkapan adalah ucapan yang biasa kita dengarkan dalam setiap Adat maupun disaat sedang melaksanakan momen ragam contohnya ketika Raja Hata atau para tetuah memberi nasihat,Maupun mengutarakan permintaan dalam adat, Umpasa Batak akan menjadi Bumbu ketika mengucapkan Adalah supaya Apa yang diucapkan terkesan sopan dan terdengar Rendah hati di hadapan khalayak umum maupun parsahutaonKumpulan Adat.Tidak mungkin Parsinabung mengucapkan kata-katanya tanpa dibubuhi beberapa Ucapan Umpasa/Ungkapan ketika melaksanakan upacara adat,Karena Jika tidak mungkin penilaian Maupun kesanya Akan kurang baik Kepentingan inilah,begitu banyak umpasa batak yang sering kita dengar ditengah-tengah perayaan Adat siapa Saja yang saat ini sesang belajar Mandok Hata maupun ingin belajar,supaya suatu saat bisa menjadi sangat dihormati dalam Adat Batak,Serta Untuk perkara Uang sebagai imbalan,Rata-rata Parsinabung akan diberikan Uang oleh hasuhuton yang memakai jasanya untuk berbicara di upacara Adat kesempatan ini,Jika kamu belum mengetahui Arti atau terjemahan Umpasa Batak dibawah ini,Maka pada kesempatan ini kami selaku admin dari blog ini akan meringkasnya dengan pada dasarnya mungkin kalian sering mendengar kata-kata Umpasa/Ungkapan Ini pada Perayaan Adat Batak,Namun belum tahu artinya,Maka hari ini kamu telah menemukan Artinya pada postingan artikel seputar Budaya Dan adat Batak di bawah iniBatu Parsidangan,Samosir Sumatera Utara Sidang Oleh Raja-raja Batak Jaman Dahulu21 Ungkapan Batak,Makna Dan Artinya Yang Sering Di Ucapkan Oleh Raja Hangoluan Tois HamagoanArtinyaSikap hormat dan ramah dan ceroboh, ceroboh / sombong tidak tahu adat atas malapetaka / Do Na Halion Jambar Juhut,Alai Hansitan Dope Na So Dapotan Jambar jika tidak mendapat bagian dalam pembagian daging, tetapi lebih menyakitkan jika tidak mendapat kesempatan berbicara dalam sebuah acara / upacara. Ungkapan ini menunjukkan ukuran penting dan nilai berbicara dalam budaya Bosur Soala Ni Mangan,Mahap soala ni ala ni sitaonon,Mahap ala ni kenyang bukan karena makan, puas bukan karena minum. Kenyang karena penderitaan, puas karena. Pantun ini mengungkapkan penderitaan yang dialami seseorang. Penderitaan sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mula Jadi Na Bolon Allah Sang Pencipta harus diterima dengan pasrah saja. Ada orang yang menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk sebagian besar pandangan sebagai ajaran / didikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi segala cobaan hidup, mengalahkan dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang tua, raja, hula-hula keluarga, nenek moyang dan Debata Mulajadi Na ni dandorung,Tu dangka ni iba jumonokjonok,Tu na so oroan kayu dandorung, ke dahan kayu silasila. Dilarang mendekati, perempuan / wanita, jika tidak istri sendiri. Pantun ini menasehatkan agar seorang pria tidak melakukan pendekatan kepada perempuan yang bukan istrinya apalagi sampai melakukan perzinahan. Biasanya orang yang berzinah dihukum secara ni satua,Tu pat ni ma panguba,Mamora na tikus, Ke kaki burung puyuh. Lenyap/hilanglah si pengingkar janji, Dan kayalah yang diingkari. Seorang yang mengingkari janji, apalagi sering-sering mengingkari akan hilang mati karena tindakannya dan orang yang diingkari akan menjadi kaya. Orang yang mengingkari janji dikutuk dan ditolak oleh masyarakat umum, sedangkan orang yag diingkari mendapatan dan pemberian yang baik dari sang pemberi rahmat. Dia akan menjadi kaya dalam hidupnya. Padan adalah janji atau perjanjian, ikrar yang disepakati oleh orang yang dijanjikan. Akibat dari pelanggaran lebih dari hukum badan, karena ganjaran atas pelanggaran padan janji tidak hanya ditanggung oleh sipelanggar janji padan, tetapi juga sampai pada generasi-keturunan berikutnya. Ada kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan bersifat pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi. Jika padan diucapkan pada waktu malam maka saksinya dapat ditemukan bulan maka disebut padan marbulan. Dan jika diucapkan pada siang hari saksinya adalah menemukan hari dan matahari disebut padan marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang Toba. Ini mungkin ada budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji merupakan yang sada holbung,Pege rap tu toru,Mangangkat rap tu satu kumpulan, Jahe satu rumpun batang. Serentak ke bawah, Serentak ke atas. Umpama ini digunakan untuk kerabat sedarah dan satu keluarga Batak dongan sabutuha. Pepatah ini menikmati kebersamaan untuk menikmati duka dan derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan ungkapan ”ringan sama dijingjing, berat sama dipikul”. Dari ungkapan ini terbersit arti yang mendalam dari kekerabatan yang dianut oleh orang Batak Toba. Kekerabatan mencakup hubungan suku primordial, kasih sayang dipupuk atas hubungan diusahakan atas dasar unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Hubungan antar manusia dalam kehidupan orang Batak Toba diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi berikutnya. Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak dia mulai mengenal lingkungannya yang paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak saudara dan kepada keluarga dekat. Pengertian marga dijelaskan dengan baik sesuai dengan kode etik Dalihan Na Tolu. Tata cara kehidupan, cara bicara, adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan di atas dasar Dalihan Na Tolu pande dorpi laho padimposhon,sip parmihi mihim laho manegai!ArtinyaSehebat apapun tujuan dalam adat Batak, pada akhirnya untuk kebaikan. Diam tidak menyelesaikan godang tu aek laut, Dos ni roha sibahen na ini mengungkapkan bahwa kesepakatan pembayaran yang akan terjadi / Dengan Keputusan bersama,itulah Yang Akan membuat Sesuatu Tuhan talu ma ahu maralohon dongan, jala sai pamonang ma ahu maralohon musu!ArtinyaSisi positif dari orang Batak adalah tegas dalam putus asa, pantang menyerah dan berbudi luhur. Ungkapan diatas merupakan doa agar kalah melawan kawan tetapi harus menang melawan tano-tano,Rangging masi ranggongan,Badanta padao-dao,Tondintai masigonggomanArtinya Sirih yang masih menjalar di tanah, Menjalar saling tumpang tindih-menindih. Tubuh kita saling berjauhan, Roh kita saling berdekapan. Umpasa ini memiliki nilai religi tradisional yang membandingkan sifat daunan sirih dengan pemahaman religi terhadap manusia yang terdiri dari dua unsur, yaitu tubuh dan roh. Kebiasaan dari daunan sirih apabila masih menjalar di tanah akan saling tumpang tindih dengan lainnya. Demikian juga halnya dengan kebiasaan daunan sirih itu dibandingkan dengan manusia, walaupun saling berjauhan tetapi rohnya akan saling tumpang tindih dan berdekapan satu dengan yang sitamba tua,Parlinggoman ni si borok,Tuhanta na martua,Sudena hita diparorotArtinya secara Harfiah Padi yang merunduk, Tempat perlindungan berudu. Tuhan kita yang Esa, Semua kita dilindungi. Umpasa di atas, membandingkan kebiasaan binatang dengan kepercayaan terhadap ke-Esaan Tuhan. Antara sampiran dan isi hubungan yang sangat dekat sekali dengan “sifat memberikan perlindungan”. Pada sampiran, diuraikan sifat batang padi yang bernas akan selalu merunduk sehingga keadaan permukaan air di bawah pohon terlindung. Keadaan tersebut dimanfaatkan berudu untuk berlindung dari panas matahari atau intaian dari semua pemangsa. Selanjutnya, pada isi dijelaskan ke-Esaan Tuhan pancipta langit dan bumi yang telah melindungi semua umat manusia. Oleh karena itu, Tuhanlah tempat perlindungan ma pagabe,Tumundalhon sitadoan,Ari muna do gabe,Molo masipaolo-oloanArtinya Balintang adalah pagabe, Membelakangi sitadoan. Kehidupan akan sejahtera, bila seia-sekata. Umpasa di atas, membandingkan cara kerja sistem peralatan bertenun dengan kehidupan manusia yang saling tolong menolong. Pada sampiran dijelaskan sistem kerja alat bertenun saling membantu satu sama lain, sehingga dapat menghasilkan ulos yang kaya akan “nilai” budaya. Pada isi, diharapkan kepada keluarga yang memiliki hajatan agar selalu seia-sekata atau bermusyawarah/ mufakat dalam segala hal. Dengan demikian, kehidupan akan damai sejahtera karena saling tolong-menong atau mula hata, topot mula uhumArtinya Sapa merupakan dari awal pembicaraan, kunjungan awal dari suatu hukum. Perumpamaan ini, masih melekat pada masyarakat Batak Toba pada saat ini. Setiap pelaksanaan adat akan mengaplikasikannya dalam bentuk pembicaraan, dimana akan terjadi pembicaraan dan jawaban yang berkenaan dengan konteks adat yang saja yang digunakan untuk digunakan dalam sehari-hari tetapi menggunakan umpama/umpasa yang tertutup dan tertutup oleh keterusterangan sehingga kesannya berbelit-belit jika dipandang sebelah umpasa ketika upacara adat perkawinan Batak Toba memiliki makna simbolik sebagai komunikasi antara pihak-pihak yang berkompoten untuk membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara. Setiap orang dari suatu misi, pada awalnya selalu ingin mencoba keinginannya dalam umpasa yang memiliki simbol. berharap-keinginan akhirnya, akan terjawab karena pembicara-pembicara dari utusan sudah dapat menangkap keinginankeinginan tersebut karena mereka sudah melakukannya dengan sebagai komunikasi diantara pembicara dari setiap utusan, umpasa dapat juga berperan sebagai sarana bermohon kepada Tuhan Yang Mahaesa. Permohonanpermohonan tersebut selalu menyukai keinginan dan kepentingan serta harapan-harapan yang diinginkan atau dicita-citakan oleh setiap orang/ umum penggunaan umpasa ketika upacara adat perkawinan, jumlahnya selalu ganjil dapat terdiri dari 3, 5, dan 7 untai umpasa, tergantung pada orang yang menggunakannya karena angka-angka tersebut pada masyarakat Batak memiliki pengertian yang baik, seperti yang terdapat di bawah ini halumpang ma,Bahen togu-togu ni lombu,Saur matua ma hamu,Ro dinapairing-iring Tumbuhan merambat halumpang, diikatkan ke hidung lembu. Semoga panjang umur kalian, Sampai memandu tubu ma tambisu,Di toru ni pinasa,Sai tubu ma dihamu anak na bisuk,Dohot boru na uli Tumbuhlah pohon tembisu, Di bawah pohon nangka. Lahirlah putra yang bijaksana, Dan putri yang cantik dan baik ma dingin- dingin,Di tonga-tonga ni huta,Saur ma hita madingin,Tumangkas hita Tumbuhlah pohon penyejuk, Di tengah-tengah perkampungan. Semogalah kita, Serta memiliki harta sitamba tua, Parlinggoman ni siborok, Luhut ma hita martua, Debata ma na Padi si tamba tua, Tempat perlindungan berudu, Semua kita panjang umur, Dilindungi Tuhan Yang ni solu, Sai sahat ma tu bontean, Leleng hita mangolu, Sai sahat ma tu Sampailah biduk, Sampai ke tepian, Semoga panjang umur, Tercapailah cita-cita dan ini selalu digunakan oleh pihak hula-hula ketika melaksanakan upacara adat perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Umpas memiliki makna simbolik agar keluarga yang dibentuk mendapat berkat berupa hagabeon memiliki putra dan putri, hamoraon memiliki kekayaan harta benda, hasangapon memiliki Wibawa dan terpandang, dan saur matua panjang umur dan dapat mencapai cita-cita. Jika umpasa ini selesai dikatakan oleh seseorang maka seluruh hadirin menjawab dengan kata Ima tutu demikianlah.Pada akhir acara adat perkawinan, setelah semua pihak Hula-hula selesai memberikan ulos,petuah, dan kata-kata berkat/harapan kepada pengantin dan semua pihak paranak, maka pihak paranak akan memberikan pujian atau kemurahan hati Hula-hula yang telah memberikan berkat sebagai inti dan kata akhir dari upacara adat perkawinan. Salah seorang dari paranak menjawab diiringi dengan penggunaan umpasa, agar segala persembahan petuah, berkat, dan harapan untuk hidup dapat terwujud,terutama untuk keluarga ninna anduhur Tio ninna lote,Sude hata nauli,Sai unang muba, unang moseArtinyaTurtu kicauan burung perkutut, Indah kicauan burung puyuh. Semua petuah/berkatJangan berganti, jangan sampulu pitu Jumadi sampulu ualu Hata na uli dahot pasu-pasu Boanon nami mai tu tonga ni jabuArtinya Bilangan tujuh belas, Selanjutnya delapan belas. Semua kata petuah dan berkat, Kami bawa ke dalam daduka tu andor purba tua Sai horas hula-hula nami jala torkis Sai gabe jala saur matuaArtinya Tumbuhan memiliki adalah tumbuhannya, Tumbuhan purba tua, Sejahteralah hula-hula kami dan sehat, berketurunan dan Ungkapan Bijak bahasa batak,yang biasa Di ucapkan oleh Raja Parhata,Yang memiliki makna Dan Arti yang kuat pada Suku Kebudayaan yang ada di Indonesia sangat beragam dan banyak sekali keunikan yang ditemukan. Diperlukan pelestarian kebudayaan agar tidak terjadi yang namanya punah. Budaya merupakan bagian dari diri masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah warisan budaya dari suku Batak toba, yaitu Umpasa. Pantun dalam bahasa Batak Toba ini perlu ditelusuri atau dikaji kembali agar tetap bisa terjaga keberadaannya dan bisa diturunkan ke generasi-generasi selanjutnya. Umpasa merupakan bagian dari sastra lisan. Masyarakat Batak Toba biasanya menuturkan umpasa pada acara-acara adat, seperti acara adat pernikahan, kematian, acara adat memasuki rumah, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan pantun, umpasa juga memiliki ciri-ciri yang membangun terbentuknya sebuah umpasa. Bedanya adalah pantun di kaji dalam bahasa Indonesia, sedangkan umpasa menggunakan bahasa Batak Toba. To read the file of this research, you can request a copy directly from the author.... In the contents, the third line rhymes a, and the fourth line rhymes a. Even though pantun 6 has rhymes a-a-a-a not a-b-a-b, pantun 6 is still referred to as rhyme and fulfills the rhyme requirements Attas, 2022, pantun has the characteristic of rhyming a-a-a-a Pasaribu, 2021. ...... So pantun 3 already fulfills the third indicator, which consists of 8-12 syllables in each line Masruchin, 2017. Each line consists of 8-12 syllables Pasaribu, 2021. The number of lines from the pantun is at least 8 syllables and a maximum of 12 words Anderman et al., 2021. ...... Based on the results of the study, namely "Analysis of Pantun Writing Skills 4 Lines for Class V Students at SDN SIRNAGALIH 2" in Bogor Regency, from the results of an analysis of several pantun copyrighted works by class V students, they have fulfilled the requirements for a rhyme, namely a rhyme consisting of 4 lines, rhymes a-b-a-b, in 1 line consists of 8-12 syllables, the first and second lines are called sampiran, the third and fourth lines are called contents Masruchin, 2017. However, several works of poetry were found that were not in accordance with the requirements of rhymes according to theory Masruchin, 2017, namely rhymes that rhyme a-a-a-a but these copyrighted works can still be said to be rhymes because in theory Attas, 2022 and Pasaribu, 2021 rhymes rhyme a-a-a-a. As for the results of students' rhyme writing that has syllables that are not in accordance with theory Masruchin, 2017. ...Yolanda Marsha SantosoBackground Skills are the focus of experts, one of the skills that must be achieved is the skill of writing rhymes. Purpose this study aims to determine the extent to which students are able to make poetry works that are carried out at SDN SIRNAGALIH 2, Bogor Regency. Design and methods The type of research method used in this research is Descriptive Qualitative Method. Results The results of the analysis of several rhymes written by class V students have fulfilled the theoretical rhyme requirements Masruchin, 2017. However, a rhyme that rhymes a-a-a-a is found, but the results of this paper can still be said to be a rhyme because it is in accordance with the theory Attas, 2022 and Pasaribu, 2021. The students' rhymes written in one line have 6-14 syllables but are still said to be rhymes because they are in accordance with the theory Riandi, 2020 and Mutohharoh et al., 2018. It can be concluded that not all rhymes written by students of class V at SDN SIRNAGALIH 2 meet the theoretical rhyme requirements Masruchin, 2017.ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication. Mangido Tuani GondangDalam pesta Horja, mangido tuani gondang dilakukan tiga kali selama tiga hari acara dilaksanakan. "Mangido tuani gondang" dilakukan setiap pagi sebelum acara tuani gondang pada hari pertama acara dilakukan setelah memberitahu kepada seluruh peserta upacara tentang tujuan pesta, menyebutkan nama pesta pesta Horja, kemudian mengumumkan dan menceritakan silsilah kekeluargaan orang tua yang dipestakan atau pesta Horja ini ditunjuklah seorang cucu pahompu laki-laki dari yang dihorjakan. Mambuat tuani gondang oleh hasuhuton adalah untuk meminta/menerima berkat dari Tuhan Debata dan roh nenek moyang/leluhur yang disampaikan melalui tortor dan bunyi yang diminta dalam acara ini pertama sekali adalah gondang alu-alu tu Amanta Debata yaitu doa memohon izin dan pemberitahuan kepada Tuhan bahwa acara pesta Horja akan dimulai oleh pihak hasuhuton. Setelah itu gondang alu-alu tu Sahala ni Amanta Raja permohonan izin dan pemberitahuan kepada Raja-raja, dan gondang alu-alu tu Siloloan Natorop doa permohonan izin kepada seluruh peserta yang hadir dalam pesta Horja, yang terakhir adalah gondang alu-alu tu hasahatannai permohonan izin kepada Mula Jadi Na Bolon dan roh-roh leluhur atau Sumangot Ni Da Ompung. Semua doa permohonan ini diminta kepada Tuhan dan sesama manusia dan hal ini menandakan sikap menghargai dan menghormatu yang sesuai dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Pada saat gondang alu-alu ini dimainkan hasuhuton belum boleh manortor, karena gondang ini merupakan doa permohonan dan pemberitahuan kepada Tuhan, manusia dan leluhur. Sikap diam dan tenang menunjukkan penghargaan dan penghormatan kepada Tuhan, manusia dan leluhur. Setelah gondang alu-alu, maka hasuhuton meminta gondang sipitu gondang dan mulailah hasuhuton manortor. Gondang sipitu gondang tersebut adalah gondang mula-mula doa memulai acara, gondang somba doa menyembah kepada Tuhan dan manusia, gondang mangaliat gondang siuk-siuk yaitu gerakan berkeliling yang menunjukkan penghormatan kepada sesama sesuai dalam unsur Dalihan Na Tolu, gondang sampur marmeme atau sampur marorot doa permohonan mengharapkan mempunyai banyak keturunan, gondang sibane-bane doa permohonan kedamaian, gondang simonang-monang doa permohonan kemenangan, gondang hasahatan sitio-tio doa permohonan dan pengharapan supaya segala sesuatu yang diminta akan terkabul. Pantun Umpasa Dalam Maminta GondangUmpasa adalah suatu bentuk pantun sastra yang lebih terasa berkesan religius, dalam arti lebih menekankan hal-hal yang bersifat rahmat, kurnia, dan berkat. Dalam maminta gondang banyak petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang diserukan dalam bentuk Tortor Mula-mulaPaminta gondang akan menyerukan Amang panggual pargocci nami! Para pemain musik!Disahuti pemain gondang dengan membunyikan gondang beberapa kali Dilanjutkan paminta gondang berkata,Na nialap manogot tinaruhon botari, parindahan na suksuk parlompan natabo nuaeng pe di son Amang pande nami partarias namalo, marmula jadi marmula tompa, marmula denggan marmula horas. Baen damang ma jo gondang mula – mulai baen damang ma!Artinya Bapak pemain musik kami!Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata,Yang dijemput pagi hari dan diantar pulang di sore hari, Yang mempunyai nasi lezat dan lauk yang enak. Sekarang di sini Bapak kami yang pintar! Pemain musik yang pandai, Asal mula dunia ini adalah dimulai dari penciptaan, Bermula baik bermula horas baik Bunyikanlah “Gondang mula-mula” Bunyikanlah wahai Bapak!Setelah manortor mula-mula, berhenti sejenak kemudian dilanjutkan dengan,2. Tortor SombaPaminta gondang akan menyerukan!Nuaeng pe amang pargocci nami,Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata, Asa marsomba hami tu Amanta Mula Jadi Nabolon na tumompa langit dohot tano dohot nasa isina. Jala asa marsomba hami tu akka harajaon na adong Baen damang ma jo gondang mula – mulai baen damang ma!Artinya Bapak pemain musik kami!Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata,Yang dijemput pagi hari dan diantar pulang di sore hari,Yang mempunyai nasi lezat dan lauk yang enak. Sekarang di sini Bapak kami yang pintar!Pemain musik yang pandai, Asal mula dunia ini adalah dimulai dari penciptaan,Bermula baik bermula horas baikBunyikanlah “Gondang mula-mula”Bunyikanlah wahai Bapak!Setelah manortor mula-mula, berhenti sejenak kemudian dilanjutkan dengan,3. Tortor SombaPaminta gondang akan menyerukan!Nuaeng pe amang pargocci nami,Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata,Asa marsomba hami tu Amanta Mula Jadi Nabolon na tumompa langit dohot tano dohot nasa isina. Jala asa marsomba hami tu akka harajaon na adong dihuta on, dohot tu siloloan na torop dohot rajani hula-hula nami baen damang majo gondang sombai baen damang Di sini sekarang Bapak pemain musik kami!Supaya kami menyembah Tuhan Pencipta Alam Semesta yang menciptakan langit dan bumi serta supaya kami menyembah kepada pengetua adat yang ada di kampung ini, seluruh yang hadir dalam acara ini, kemudian kepada hula-hula’ “Gondang Somba”Bunyikanlah!Setelah manortor somba, kemudian berhenti sejenak dan dilanjutkan dengan,4. Tortor Mangaliat/Siuk-siukPaminta gondang menyerukan!Amang panggual pargocci namiDisahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata,Di son ro do hami hasuhuton, naeng manortor mangaliat jala maniuk akka boru dohot bere nami, asa liat parhorasan liat damang ma gondang liat liati, asa mangaliat hami di tonga ni damang ma!Artinya Wahai Bapak pemain musik kami!Di sini kami sebagai tuan rumah ingin menari berkeliling, menyapa dan menyayang semua keturunan kami, supaya tercapai segala kebaikan dan keberhasilan masa gondang liat-liat, supaya kami berkeliling di tengah-tengah halaman wahai tortor mangaliat/siuk-siuk berhenti sejenak, kemudian dilanjutkan dengan,5. Tortor Sibane-banePaminta gondang menyerukan!Amang panggual pargocci nami,Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata,Di son pungu do hami sude naeng manortor mangidohon asa marmade hami sude na mar keluarga, namar haha maranggi, dohot sude siloloan natorop na adong di ingananon saluhutna damang majo gondang sibane-banei, asa mardame hami sude na adong di damang ma!Artinya Bapak pemain musik kami! Di sini kami berkumpul semua ingin menari, meminta supaya datanglahkedamaian bagi kami semua yang berkeluarga, berkakak adik, dan semua yang hadir di Gondang Sibane-bane’,Supaya kami semua berdamai yang ada di tempat wahai Bapak!Setelah tortor sibane-bane, kemudian berhenti sejenak, dan dilanjutkan dengan,6. Tortor Saudara/ParsaoranPaminta gondang menyerukan!Amang panggual pargocci nami,Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata,Nunga pungu hami na sa ripe di son akka nasaroha, sisada pikkiran, sisada Ompu mangidohon tu amanta pardenggan basai asa dilehon akka nasa hahipason, hadameon, parsaoran nauli di hami na sa Ompu dohot tu harajaon dohot siloloan natorop na mangingani asa lam tamba akka paccamotan, asa gabe mardame-dame hami sude na di luat parserahan nang dohot akka na damang ma gondang saudarai asa marsaor hami sude na adong damang ma! Artinya Bapak pemain musik kami!Kami sekeluarga sudah berkumpul di sini sehati, sepikirm satu garis keturunan meminta kepada Tuhan Yang Maha Baik, supaya diberikan kepada kita kesehatan, kedamaian, persaudaraan dan kebersamaan yang baik, baik kami yang satu keturunan dan kepada pengetua-pengetua adat dan seluruh yang hadir di tempat ini dan menempati kampung supaya makin ditambahi Tuhan pencaharian dan penghasilan yang baik, berdamai kami sekeluarga yang di perantauan dan yang tinggal di kampong Gondang Saudara’ supaya berbaur kami sekeluarga yang mungkin sudah lama tidak ketemu!Bunyikanlah wahai Bapak!Setelah tortor saudara/parsaoran, berhenti sejenak, kemudian dilanjutkan dengan,7. Tortor Simonang-monangPaminta gondang menyerukan!Amang panggual pargocci nami,Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata, Gala di gala bulu, panggalaan nibonang, molo naeng monang maralohon musu, jolo talu ma marolohon dongan nuaeng pe amang pande nami, asa monang hita saluhutna, di sude akka ulaonta, baen damang majo gondang damang ma!Artinya Bapak pemain musik kami!Galah terbuat dari bambu, tempat menyangkutkan benang kalau mau menang melawan musuh harus kalah terlebih dahulu melawan teman. Sekarang pun, Bapak pemain musik kami yang pandai, Supaya kita menang seluruhnya di segala pekerjaan yang kita lakukan,Bunyikanlah Gondang Simonang-monang’,Bunyikanlah wahai Bapak!Setelah tortor simonang-monang, berhenti sejenak, kemudian dilanjutkan dengan,8. Tortor Hasahatan/Sitio-tioPaminta gondang menyerukan!Amang panggual pargocci nami,Disahut pemain gondang dengan membunyikan gondang dengan memukul beberapa kaliDilanjutkan paminta gondang berkata,Eme si tamba tua perlinggoman ni si borok, Debata do silehon tua, horas ma hamu ni solu sahat ma tu ma hamu leleng mangolu, sahat tu parhorasan dohot tu panggabean. Nuaeng pe amang pargocci namiMungga sahat sude nauli sahat sude na denggan jala tio akka na niula horassude hami amang, baen damang ma gondang hasahatoni, laos padomu damang ma tu sitio-tio i, anggiat sahat akka na tio akka na uli jala na denggan. Baen damangma!Artinya Bapak pemain musik kami!Padi yang menguning tempat berlindung burung si pemberi tuah, sejahteralah kita sampan ke labuhan, sampailah kami panjang umur, sampai sehat selamat sejahtera dan berhasil ke masa Bapak pemain musik kami!Sudah sampai semua yang baik sampai semua yang sejahtera dan bening serta jernih segala hal yang sudah kita kerjakan dan kita semua yang itu, wahai Bapak!Bunyikanlah Gondang Hasahatan’ dan gabungkanlah dengan Gondang Sitio-tio’, semoga sampai semua yang bening dan jernih segala yang baik dan sejahtera wahai Bapak!Setelah tortor hasahatan/sitio-tio, maka berakhirlah satu urutan panortorion dari satu undangan atau juga artikel lainnya Chord HaholonganChord Penghianat HolongChord Percuma DoChord Tudos Tu GalasDoa Bapa Kami Bahasa BatakChord Memori Tao TobaChord Dongan MatuaLirik Lagu HerminaUmpasa BatakChord Lagu Batak PerantauanChord Marsada Band - Boasa MaChord Jujung Goarhi AmangChord Sulangan ManganWaktu Yang Tepat ChordChord Lagu Batak Untuk Orang TuaElvi LirikChord Ditipa UtangKunci Gitar Penghianat HolongChord Ibana Manang AuO Tano Batak LirikChord Sihol Sukses BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Konsep Menurut Kanus Besar Bahasa Indonesia 2007 4820 konsep ialah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Oleh karena itu, penelitian ini mengenai Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti Bolinger dalam Aminuddin, 1981108. Dengan mempelajari suatu makna pada hakikatnya mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa dapat saling mengerti. Menurut Hornby dalam Sudaryat, 2009 13, secara linguistik makna dipahami sebagai apa-apa yang diartikan atau yang dimaksud oleh kita. Makna berhubungan dengan nama atau bentuk bahasa Ullman dalam Sudaryat, 2009 13. Umpasa Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Umpasa biasanya dituturkan di upacara adat Batak Toba dan dituturkan oleh penatua adat atau orang yang mengerti tentang adat. Umpasa yang dituturkan berisi tentang kebaikan, seperti doa restu, nasihat, dan permohonan 6 Universitas Sumatera Utara yang disampaikan kepada tuhan. Umpasa yang dituturkan tersebut diharapkan dapat menjadi berkat bagi orang yang menerimanya. Tradisi marumpasa „berpantun‟ masih berkembang di masyarakat Batak Toba. Hal ini disebabkan keyakinan masyarakat tentang isi dari umpasa tersebut. Selain itu, umpasa masih tetap digunakan di setiap upacara adat masyarakat Batak Toba. Upacara adat lebih bermakna apabila umpasa dituturkan karena umpasa tersebut adalah sebagai berkat bagi orang yang menerimanya. Tradisi bertutur umpasa pantun juga terdapat di daerah suku Batak lainnya, seperti Batak Simalumgun, Batak Karo, Batak Pak-Pak, dan Batak Mandailing. Di masyarakat Batak Simalungun, umpasa tetap disebut umpasa, sedangkan di masyarakat Batak Karo, umpasa pantun disebut ndung-dungen. Kalau di daerah Batak Pakpak, umpasa pantun tetap disebut umpasa atau uppasa, sedangkan di daerah Batak Mandailing, umpasa disebut juga pantun. Perbedaan umpasa yang terdapat di masyarakat Batak Toba, Simalungun,Karo, dan Mandailinng terletak pada bahasa yang digunakan. Simbol Pada dasarnya, kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi. Simbol sebenarnya merupakan salah satu bentuk model dari teori bahasa bagi kajian penelitian sosial budaya Kleden-Probonegoro, dalam Sobur, 2004 45. Simbol pada umumnya mempunyai makna yang bersifat ganda. Simbol dalam arti ganda ini diperoleh dengan menganalogikan arti pertama dengan arti kedua. Pendekatan simbolik dalam arti di atas memang banyak digunakan dalam 7 Universitas Sumatera Utara penelitian antropologi. Model simbolik juga salah satu bentuk kajian yang diperoleh dari teori bahasa. Hubungan antara simbol dengan sesuatu yang ditandakan dengan adanya sifat yang konvensional. Berdasarkan konvensi itu juga masyarakat pemakaiannya menafsirkan ciri dan hubungan antar simbol dengan objek yang diacu dan maknanya. Ulos Ulos adalah tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya, ulos juga memiliki makna. Sebagian besar masyarakat Batak menganggap ulos merupakan simbol ikatan kasih sayang, simbol kedudukan, dan simbol komunikasi. Ulos juga memiliki fungsi simbolik untuk berbagai hal dalam segala aspek kehidupan masyarakat Batak Toba. Mangulosi adalah salah satu hal yang penting dalam adat Batak Toba. Mangulosi artinya memberi ulos. Mangulosi bukan sekedar pemberian hadiah biasa, namun mangulosi dapat melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dalam pemberian ulos juga memiliki aturan, orang yang mangulosi haruslah orang yang sudah dituakan, yang berarti orang tersebut memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding si penerima ulos tersebut. Upacara Adat Perkawinan Perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk 8 Universitas Sumatera Utara keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Nalom 1982 50 mendefinisikan pesta perkawinan dari sepasang pengantin merupakan jembatan yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin wanita, begitu pula sebaliknya. Upacara perkawinan adalah upacara adat yang penting bagi masyarakat Batak Toba, karena hanya orang yang sudah kawin yang berhak mengadakan upacara adat apapun yang ada dalam suku Batak Toba. Proses perkawinan dalam adat Batak Toba menganut hukum eksogami perkawinan diluar kelompok tertentu. Ini terlihat dari kenyataannya bahwa tidak ada laki-laki yang mengambil perempuan yang memiliki marga yang sama dengannya untuk dijadikan istri. Masyarakat Batak Toba Batak Toba tinggal di beberapa wilayah Sumatera Utara, seperti Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan. Suku Batak Toba adalah salah satu dari banyak suku di Indonesia. Bentuk kekerabatan dalam suku Batak Toba ada dua, yakni kekerabatan berdasarkan garis keturunan genealogi dan kekerabatan berdasarkan sosiologis. Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan dapat dilihat dari marga yang dimulai oleh si Raja Batak, semua orang Batak pasti memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis ialah terjadi karena perjanjian padanantara marga tertentu atau pernikahan, misalnya marga Nainggolan dan Siregar adalah marpadan berarti antara keturunan dari Nainggolan dan keturunan 9 Universitas Sumatera Utara Siregar tidak boleh menikahi satu sama lain. Lebih jelasnya, padan adalah ikrar janji yang telah diikat oleh leluhur orang Batak terdahulu nenek moyang yang mengharamkan pernikahan diantara kedua belah pihak dengan maksud menjaga hubungan baik diantara keduanya. Masyarakat Batak Toba sangat erat hubungannya antara satu dengan yang lainnya, dimana masyarakat tersebut saling menghormati yang diikat oleh Dalihan Na Tolu yang merupakan tiga tiang tunggu. Yang termasuk Dalihan Na Tolu antara lain hula-hula, dongan tubu, dan boru. Oleh sebab itu, di manapun dua orang Batak bertemu meski belum saling kenal, namun bila mereka memiliki marga yang sama pastilah mereka seolah-olah saudara dekat. Landasan Teori Antropolinguistik Sibarani 200450 mengatakan bahwa antropolinguistik secara garis besar membicarakan dua tugas utama yakni 1 mempelajari kebudayaan dari sudut bahasa dan 2 mempelajari bahasa dalam konteks kebudayaan. Antropolinguistik juga mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasa yang dimiliki oleh penuturnya, serta mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan budaya penuturnya secara menyeluruh. Bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sangat erat, saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang paling mendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan, dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa Sibarani, 200451. Dengan kata lain, antropolinguistik 10 Universitas Sumatera Utara mempelajari kebudayaan dari sumber-sumber bahasa, dan juga sebaliknya mempelajari bahasa yang dikaitkan dengan budaya. Harafiah 200561 juga mengatakan bahwa antropolinguistik menganggap bahwa faktor budaya tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian bahasa. Bahasa merupakan fakta yang harus dipertimbangkan dalam kajian budaya dalam kehidupan manusia. Inti masalah dalam kajian antropolinguistik adalah sistem kepercayaan, nilai, moral, tingkah laku, dan pandangan atau unsur-unsur yang mencorakkan budaya suatu kumpulan masyarakat. Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti Bolinger dalam Aminuddin, 1981108. Dengan mempelajari suatu makna pada hakikatnya mempelajari bagaimana setiappemakai bahas dalam suatu masyarakat dapat saling mengerti. Tanpa adanya makna tuturan ini tidak akan berfungsi apa-apa dalam sebuah percakapan atau komunikasi. Harimurti dalam Pateda, 2001 232 mengatakan bahwa orang dituntut untuk memahami makna setiap kata yang membentuk peribahasa, pantun dan ungkapan, orang dituntut untuk menerka makna kiasan yang terdapat didalamnya. Makna bukan kumpulan setiap kata, tetapi makna simpulan peribahasa, pantun, dan ungkapan tersebut. Selanjutnya, orang dituntut untuk tanggap mengasosiasikannya dengan makna tersirat, dan orang pun dituntut untuk dapat membandingkan dengan kenyataan sebenarnya. 11 Universitas Sumatera Utara Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering tidak berkata terus terang dalam menyampaikan maksudnya, bahkan menggunakan isyarat itu, orang sering menggunakan ungkapan. Pateda 2001230 menggolongkan makna ungkapan itu menjadi empat yaitu 1 mengharapkan sesuatu, 2 mengejek, 3 membandigkan, dan 4 menasehati. Keempat makna peribahsa dan ungkapan di atas tidak diucapkan secara terus terang, melainkan dengan menggunakan makna tersirat di dalamnya. Nilai-Nilai Budaya Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang ditanam atau disepakati oleh masyarakat yang mengakar pada kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dengan yang lain sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau yang sedang terjadi. Nilainilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, dan visi misi. Nilai budaya merupakan lapisan abstrak dan luas ruang lingkupnya, tingkat ini adalah ide-ide yang mengkonsepkan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. Kluckhohn dalam Pelly 1994 mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi dan mempegaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dengan alam, hubungan orang dengan orang lain, dengan hal-hal yang di inginkan atau tidak diinginkan yang mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia. Pendapat lain yang menyangkut manusia itu sendiri sebagai subjek dikemukakan oleh perry dalam Djayasudarma, 199712 yang menyatakan bahwa 12 Universitas Sumatera Utara nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek. Pandangan ini menegaskan bahwa manusia itu sendirilah menentukan nilai dan manusia sebagai pelaku penilai dari kebudayaan yang berlaku pada zamannya. Nilai budaya dalam penilitian ini dipahami sebagai nilai yang mengacu kepada berbagai hal dengan pemahaman seluruh tingkah laku manusia sebagai hasil budaya, antara lain nilai dapat mengacu pada minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban,beragama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keenggangan, daya tarik, dan hal lain yang berhubungan dengan perasaan Papper dalam Djayasudarma, 1999710 Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup Koentjaraningrat,200425. Nilai nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaa, kepercayaan believe, simbo;-simbol, dan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapatas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Robert Sibarani mengklasifikasikan nilai-nilai budaya antara lain 1 kesejahteraan; 2 kerja keras;3 disiplin; 4 pendidikan 5 kesehatan; 6 gotong-royong;7 pengelolaan gender; 8 pelestarian dan kreativitas budaya; 9 peduli lingkungan;10 kedamaian; 11 kesopansantunan; 12 kejujuran; 13 kesetiakawanan sosial; 14 kerukunan dan penyelesaian konflik; 15 komitmen; 16 pikiran positif 17 rasa syukur. 13 Universitas Sumatera Utara Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, Adapun sumber tersebut adalah Nurcahaya 2007 dalam skripsi yang berjudul “Tuturan pada upacara adat pernikahan masyarakat Batak Toba” mengkaji jenis tuturan yang terdapat pada upacara adat pernikahan masyarakat Batak Toba dan tuturan yang paling dominan digunakan dalam upacara tersebut. Nurcahaya menggunakan metode simak simak dengan teknik lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap dan dilanjutkan dengan teknik rekam dalam mengumpulkan data penelitiannya. Selanjutnya, data yanng diperoleh dari penutur jati bahasa Batak Toba dan dari beberapa buku Batak Toba yang dianalisi dengan meode padan dengan penentu mitra wicara. Teori yang digunkan adalah teori tindak tutur Searle. Sibarani 2008 dalam tesisnya “Tindak Tuutur dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Batak Toba” mengkaji tindak tutur yang digunakan hulahula „pemberi istri‟. Dongan sabutuha „kerabat semarga‟, dan boru „penerima istri‟, tindak tutur apa yang dominan, bagaimana cara tindak tutur dilakukan, serta jenis dan fungsi tindak tutur dalam pernikahan masyarakat Batak Toba. Metode deskriptif digunakan Sibarani untuk mendeskripsikan data penelitian secara sistematis dan akurat, yaknni menggambarkan dengan jelas objek yang diteliti secara alamiah. Teori yang digunakan Sibrani untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Kempson 1984, Wijana 1996, dan Searle. 14 Universitas Sumatera Utara Debora 2014 dalam skripsinya yang berjudul Makna Simbolik Upacara Adat Mangulosi Pemberian Ulos pada Siklus Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir membahas mengenai makna simbolik pemberian ulos tersebut dan membahas tentang tahapan pemberian ulos. Metode penelitian yang dilakukan ialah metode kualitatif dan deskriptif dan dengan teknik pengumpulan data studi pustaka dan observasi. Basaria 2009 dalam Makalah Seminar Nasional Budaya Etnik III edisi 11 yang berjudul “Ungkapan Metafora pada Etnis Batak Toba” membahas nlai nilai budaya yang tercermin dari ungkapan indirecness metafora dalam bahas Batak Toba. Sebagian dari nilai budaya yang dimaksud adalah motivasi berusaha, rasa solidaritas, gambaran sikap perilaku, etika, dan moral yang hidup pada masyarakat Batak Toba. Selanjutnya Basaria 2012 dalam Hipotesis Sapir – Whorf Pada Umpasa Batak Toba, budaya dan perilaku orang Batak dapat dilihat pada ungkapan dan bahasanya. Bahasa dalm ungkapan biasnya dipergunkan dalam situasi komunikasi yang dipandang sakral dan sangat resmi dalam pertemuan-pertemuan orang Batak yang diturun-temurunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jadi ungkapan tersbut mengekspresikan perilaku dan nilainilai yang telah lama ada pada orang Batak dan smpai saat ini masih terus hidup. Orang Batak sangat menghargai nilai-nilai budaya/adat yang terdapat dalam berbagai ungkapan yang diturunkan oleh orang tuanya yang dipandanbgnya sebagai orannng yang pantun dlam masyarakatnya. Jadi kajian ini membuktikan kebenaran HSW dalam bahasa Batak Toba. Tampubolon 2010 dalam tesisnya “Umpasa Masyrakat Batak Toba DALAM Rapat adat “suatu kajian pragmatik” membahas tiga masalah penelitian, 15 Universitas Sumatera Utara yakni komponen tindak tutur, jenis tindak tutur, dan fungsi tindak tutur. Tampubolon menggunakanmetode deskrptif dengan membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang teliti. Dalam menyelesaikan ketiga masalah tersebut Tambubolon menggunakan teori tindak tutur kempson 1984, Wijana 1996, dan Searle. 16 Universitas Sumatera Utara

pantun batak toba dan artinya